hola mi amigos!
Di postingan sebelumnya, aku pernah cerita kalo aku lagi nge-autis nonton drama korea yang judulnya "49days".
Drama ini bercerita tentang seorang cewek cantik nan baik hati serta berbakti pada orang tua bernama Shin Ji Hyun. Shin Ji Hyun ini lahir dari keluarga kaya, dan anak tunggal. Hidupnya sempurna. Punya tunangan ganteng dan cerdas. Punya dua orang sahabat yang setia. Singkat cerita, Shin Ji Hyun akan melangsungkan pernikahan dengan tunangannya.
Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Seminggu sebelum pernikahan Shin Ji Hyun mengalami kecelakaan sampai akhirnya dia koma.
Koma, bukan titik. Shin Ji Hyun masih ada, tapi wujudnya gaib.
Seorang scheduler, atau mungkin bisa dibilang malaikat maut versi modern, bilang ke Shin Ji Hyun bahwa ia harus mengumpulkan tiga tetes airmata yang keluar dari tiga orang yang mencintainya dalam jangka waktu 49 hari untuk bisa hidup lagi. Terdengar mudah, karena Shin Ji Hyun ini memang tipe cewek yang lovable. Tapi siapa sangka kalo ternyata orang-orang yang terlihat mencintainya ternyata adalah pembual cerdas?
100% pure love and sincerity ternyata sulit ditemukan. Mungkin cuma orang tua dan keluarga kita yang bener-bener bisa tulus mencintai kita.
Nah, dari drama ini bikin aku mikir. Apakah benar kalo manusia dalam keadaan gaib begitu bisa dapat kesempatan untuk hidup lagi? Apa yang akan aku lakukan jika hal yang menimpa Shin Ji Hyun ini terjadi padaku?
Seandainya aku meninggal, apa teman-teman dari twitter dan blog akan mencari ku? Well I mean meninggal beneran ya.. Bukan meninggal ala drama 49days.
Kalau teman di kampus dan sahabat-sahabatku udah pasti bakal dikasih kabar sama mama kalo aku kenapa-kenapa.
Tapi bagaimana dengan teman-teman dari dunia maya?
Apakah mereka bakal mention ke twitter? Atau komen di blog?
Mungkin iya. Bisa jadi tidak.
Seandainya saya meninggal lalu adik saya nge-tweet di twitternya, memangnya teman-teman twitter saya bakal baca?
Atau kalau adik saya nge-post di blognya, memangnya teman-teman blogging saya bakal baca? Lagian adik saya juga ga punya blog. Kikikikik
Nah, dari sini lah ide saya untuk mewariskan password muncul.
Saya mahasiswa yang belum punya banyak harta. Jadi belum bisa mewariskan saham, emas atau berlian buat keluarga saya.
Kalaupun punya barang berharga, itu palingan kamera digital, handphone, laptop, koleksi buku dan majalah serta koleksi make up saya. Password dan pin atm rekening bank pun hal yang berharga juga buat saya.
Kalau saya ngasih pin atm saya, insyallah uang tabungan saya bisa digunakan sama mama saya. Yah walaupun mungkin isinya ga banyak-banyak sih.
Kalau saya ngasih password sosial media saya ke adik saya, saya sih berharap supaya adik saya bisa ngetweet dan ngepost soal kematian saya.
Maybe someday, you could read about my last day on earth at my twitter and blog.
Maybe someday, you could remember me as a good person.
Maybe someday, you could feel how thankfull you are to life longer than me.
And maybe today, after you read this post, you can make your password as your legacy.
In the end, I just wanna say to you guys : "Let's life to the fullest like today is the last day on Earth we will ever know."
2 komentar
Thanks for the good writeup. It in fact used to be a entertainment account it.
ReplyDeleteLook complicated to far brought agreeable from you!
By the way, how can we keep in touch?
My web page Social bookmark
OMG. merinding banget bacanya.. hiks...
ReplyDeleteanw, i've just followed your blog. You can visited mine or maybe follback ;)
http://julisapratiwi.blogspot.com/
terimakasih banyak :)