Jangan Mau Diajak Hidup Susah!

By Meylisa Agustina - 8:03 PM

Foto disela-sela hecticnya deadline di kantor.


Suatu hari, muncul polling unik disebuah komunitas yang lagi saya ikuti.
Bunyinya....



Sumber inspirasi tulisan sore ini, https://www.facebook.com/groups/kelascintacom/


Kalau kalian lihat polling itu, gimana jawaban kalian? Apakah kalian bakal mau “diajak hidup susah” ??
SAYA SIH GA MAU.

Kenapa Mey? Kan romantis gitu hidup susah bareng, menderita bareng, makan cinta yang tulus......
Pret. Oke saya jabarin satu-satu ya.

Diajak hidup susah ini terminologinya dari sisi finansial ya. Menurut saya sih, uang memang ga bisa mendatangkan kebahagiaan.

Tapi kebahagiaan itu datang dari makanan enak, pakaian bagus, skincare yang ciamik, senyuman dan ucap terimakasih dari adek-adek setelah dimasakin, dan doa-doa dari orang yang kepercik sedikit rejeki dari kita.



Mendingan Single Aja Bro!


Saya single, gigih berusaha untuk bahagia. Terus diajak nikah buat hidup susah? Mendingan saya single aja.

Setahun kerja fulltime, bisa dibilang keadaan finansial dan kerjaanku belum stabil. Semua itu karena aku sempat mengalami jatuh bangun di dunia pekerjaan. Kerja disini, eh resign. Ngangguuuur dulu, dan sekarang baru dapat kerja lagi.

Begitupun keadaan keuangan. Yah namanya juga Meylisa Agustina. Uang gaji dipake buat shopping skincare lah, make up lah, baju lah, belom lagi buat masak-masak. Wah banyak juga ya pengeluaran saya.

Karena saya banyak hobi, banyak pengeluaran, saya berusaha buat ngurangin dari pengeluaran lain. Misalnya, saya lebih pilih jalan kaki daripada naik gojek supaya lebih hemat. Atau saya lebih pilih bawa bekal ke kantor setiap hari, supaya di akhir pekan saya bisa jajan-jajan bareng adek atau teman.


Ga cuma itu, saya juga gigih berusaha cari uang dari pintu lain. Alhamdulillah ada beberapa komunitas dan agensi yang percaya dengan saya buat ngerjain proyek berbayar. Mungkin buat kalian, upah menulis saya ini ga banyak dan recehan aja. Tapi syukur alhamdulillah, setiap bulan ada aja proyek bareng komunitas atau agensi.

Kegigihan ini berbuah manis. Saya bahagia karena bisa jajanin adek, saya bahagia karena bisa sedekah ke orang terdekat, saya bahagia karena saya bisa berpenampilan baik sehingga saya ga keliatan buluk banget lah.

So, ada pria yang mau lamar saya dengan bujuk rayu hidup susah dan makan cinta?

Maap bro, saya demennya makan pizza. Bukan makan batu sama tumis rumput.

Pizza endeeeess

Papa Sedih

Semasa kerjanya, papa saya ini manusia paling gigih sedunia. Menurut saya sih. Kalau menurut kalian enggak, yaudah.

Beliau pulang-pergi Pamulang – Kalimalang buat menghidupi kami. Kalau ga tau segimana jauhnya Pamulang – kalimalang, coba aja masupin di aplikasi ojek online terus liat ongkosnya berapa.

I cant ask for more. Uang yang beliau kasih, selalu saya manage buat kebutuhan sekolah (kayak ongkos dan fotokopian) dan kebutuhan pribadi (ngerental komik, jajan KFC). Beliau berusaha buat membahagiakan kami sebisa mungkin dengan cara yang halal.

Terus dengan semua kesulitan yang papa saya jalani, papa saya rela gitu anaknya hidup susah sama pria lain? Udah banting tulang buat kebahagiaan saya, terus beliau rela anaknya makan rebus batu dan tumis rumput?

NO WAY.

Seandainya kalian jadi seorang ayah atau ibu, ngelihat anak kalian hidup susah gimana? Sakit hati ga?


Didikan Mama

Mama saya adalah wanita Sunda. Tau stereotype perempuan Sunda? Kalau ga tau, coba tanya ke kanan kiri kalian bagaimana pendapat mereka mengenai perempuan Sunda.

Tapi alhamdulillah Mama saya tidak termasuk golongan stereotype perempuan Sunda.
Mama dan tante-tante saya adalah wanita Sunda yang berproses selama pernikahannya.

Dari dulu diajarin mama, ga perlu cari pria yang kaya raya tapi pemalas. Cukup cari yang mau berusaha aja. Mau berusaha secara finansial, mau berusaha buat akademik, mau berusaha buat relationship. Intinya mau berusaha untuk jadi lebih baik.

Sepeninggal mama, giliran tante Eva yang nyerocos panjang lebar soal mencari jodoh. Beliau pun mengatakan hal yang sama. Intinya, cari yang mau usaha dan kerja keras! Berproses dalam kehidupan pernikahan itu sudah pasti ada. Yang menentukan adalah seberapa keras usaha kita dan tentunya pertolongan Tuhan.

Berproses gimana?

In my opinion, berproses tuh dalam arti selalu berusaha untuk mendekati life goals kita.

Misal, life goals saya punya rumah pribadi dengan taman yang luas.
Tahun pertama pernikahan, ngontrak dulu. Tahun kedua, sewa apartemen. Tahun ketiga, sewa apartemen sambil nunggu rumah selesai renovasi. Tahun keempat pindah ke rumah pribadi. Tahun ke lima, beli kebon sebelah rumah buat jadi taman bermain buat anak-anak.

See? Ini yang saya maksud berproses untuk terus jadi lebih baik, mendekati tujuan dalam hidup.
Apa hal-hal tersebut bisa tercapai tanpa kegigihan dan berusaha? Nope.

Perihal mau diajak susah vs diajak berusaha

Diajak susah, no way.
Diajak berproses, okelah saya pikir-pikir dulu.

Saya rasa, terminologi “diajak susah” ini harus diubah. Ibaratnya, cowok kalau ga mau dikira mokondo ya ngomongnya jangan “diajak susah” juga lah.

A: “Sayang kamu mau ga hidup susah sama aku?” 

B: “Aku yakin hidup ga bakal mulus terus, once my life is down, aku akan berusaha yang terbaik buat kita. Apa kamu mau terus dampingin aku?”

Bacanya aja udah beda kan? Yang A kesannya pesimis, dan memang mau ngajak hidup susah alias makan rebus batu dan tumis rumput. Yang B kesannya realistis karena hidup ga selamanya mudah, tapi juga tersirat kalau orangnya mau berusaha.

Jelas, sebelom memutuskan he’s the one , harus banyak-banyak lihat orangnya. Mau kerja ga, mau usaha ga, rajin ga?


Untuk wanita-wanita cerdas pembaca blog saya, juga perlu ditekankan nih ya. In my opinion, pernikahan bukan buat uplifting your life buat jadi lebih mudah.

Sedih banget, kalau lihat teman-teman wanita saya yang pemalas ga mau kerja. Maunya nikah aja biar halal ena-ena terus dikasih duit. 

Hellooooooooowww, ngana pikir hidup ini bakalan manis terus? Yakin suamimu ga bakal ‘jatuh’? 

Kalau suatu hari jatuh, kamu yakin ga bakal tergoda sama rumput tetangga yang lebih hijau, gamis saudara yang lebih fashionable, dan pendidikan anaknya sepupu yang lebih baik?

Semangat berusaha sis! Diluar sana masih banyak wanita yang tidak seberuntung kamu, dan mereka kerja keras! ZEMANGAAAAAATTTT


 
Cakep yaaaa gamisnya~~ 



Udah ya, saya mau pulang dulu nih. Cape seharian kerja. Besok weekend!



Yuk ngobrol sama aku di:

  • Share:

You Might Also Like

18 komentar

  1. Saya sepakat sih terminologi hidup susah itu jatohnya kesan pesimis banget. Padahal kan lebih enak berusaha bersama drpd susah bersama.. hohoho
    Tapi bagaimana caranya kita tahu org yg kita nikahin seorang yg gigih berjuang? Kalau saya sangat percaya bahwa yg baik akan mendapat yg baik, demikian juga berbanding lurus untuk hal hal baik yg lain. Yg punya jiwa juang akan bertemu dg yg sejiwa dst
    Semangat memperbaiki diri terus bahkan untuk yg sudah menikah seperti saya, untuk mendekati life goals tentunya 😊

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setuju sama mba Wulan~ Jadi "Berusaha Bersama" yaaaa daripada susah sama-sama hihihihi. Semangaaaat terus mba Wulan!

      Delete
  2. Biasanya sih cewe yang menganggap menikah buat naikin taraf hidup itu ga punya skill, ga pinter dan ga tau malu tapi herannya banyak hahahaha.

    ReplyDelete
  3. Yups, jelas mbak. Kita sebagai perempuan juga berusaha bersama suami untuk terhidar dari hidup susah, karena kemiskinan itu sangat dekat dengan kekufuran.

    ReplyDelete
  4. Suka banget sama kalimat yang ini kak "Dari dulu diajarin mama, ga perlu cari pria yang kaya raya tapi pemalas. Cukup cari yang mau berusaha aja. Mau berusaha secara finansial, mau berusaha buat akademik, mau berusaha buat relationship. Intinya mau berusaha untuk jadi lebih baik." :))

    ReplyDelete
  5. Kalau dari awal bilangnya 'diajak hidup susash' kesannya kayak berdo'a yang enggak baik ya. Harusnya 'sayang, kamu mau nggak hidup bahagia sama aku...' biar langgeng karena do'anya yang baik-baik. Jadi enggak melarat :P

    ReplyDelete
    Replies
    1. betuul! doanya harus baik-baik supaya bisa semangat kerja baik-baik dan hasilnya baik-baik halalan toyyibaan

      Delete
  6. Baru baca. Dan sukak gaya bicaranya . Jadi pengen kenal sama aselinya huhuhu

    ReplyDelete
  7. Makasih kak atas motivasinya, aku baru aja lulus S1 farmasi rencana mau lanjut apoteker terus kerja. Aku setuju sama kakak, wanita harus mandiri biar bisa beli ini itu dan gak diremehin pria. Kadang aku sedih ka ngeliat fenomena suami yang mukul istri, suami selingkuh, bahkan ada istri yang nafkahin suam dan si istri takut pisah karena mempertimbangkan banyak hal. Aku mau kalau punya suami yg pekerja keras, setia, penyayang ama istri dan gak berani main tangan.

    ReplyDelete
  8. Terus kak aku juga sering lihat banyak wanita sebelum menikah cantik dan segar tpi setelah menikah makin kusam,kusut, emosi tidak stabil, sering marah2 dan bahkan tidak cantik lagi. Karena selain tidak bisa perawatan diri, juga banyak tekanan yg dihadapi seperti merawat anak, melayani suami 24 jam, uang jajan tidak cukup dan lain2. Kenapa yaa lebih banyak wanita yg menderita ?. Teman2ku setelah lulus S1 ini pada ngebet pengen nikah muda bahkan ada yg stop ditengah semester karena hamil, yaa ga salah sii hidup itu pilihan cuma kalau aku mau kerja dulu biar bisa beli make up, skin care, mobil, rumah, memberi uang kepada keluarga dan melanjutkan pendidikan s2 kalau ada rezekinya.
    Aku juga gamalu kalau telat dan belum nikah daripda terburu-buru dan hidup dengan pria yang salah. Banyak toh wanita sukses yg belum nikah seperti Agnes mo, Raline Syah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Selalu inget yang baik untuk mereka, belum tentu baik untuk kamu. Gapapa temen-temenmu udah nikah, doakan semoga itu baik buat mereka. Sekarang FOKUS APA YANG BAIK UNTUK KAMU. FOKUS KE PRIORITAS KAMU. Kalau prioritas kamu kerja, ngebahagiain keluarga dan lanjutin S2, GO FOR IT!

      Semangat sister!!

      Delete
  9. Seminggu ini ada beberapa hal yang mengacaukan pikiran saya seputar kalimat "mau hidup enak tapi ga mau susah" mengamati dari beberapa kejadia sehari2 agak membuat sebal dengan beberapa orang yang saya kenal dan agaknya mereka seperti akan menjadi benalu buat orang lain,dan membuat saya menyimpulkan " orang menjadi susah/terpuruk secara finansial sebetulnya bukan hanya karena nasib/takdir tapi bisa jadi dari orang itu sendiri yang memang dasarnya pemalas sehingga selalu menyalakan keadaan" bagaimana tidak ... dari beberapa orang yang saya amati ada orang yang sepertinya sudah dikasih jalan rejeki gampang cari kerja gampang tapi karena kemalasannya/ke egoisannya akhirnya jadi malas,ga mau kerja tapi masih pingin hidup enak" ...maaf ya jadi curhat

    ReplyDelete

terimakasih banyak :)